Selasa, 13 September 2011
TEMAN ADALAH ANUGERAH TUHAN
Teman adalah hadiah dari Yang Di Atas buat kita.
Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yangbungkusnya jelek.
Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik.Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.
Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang
begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu
berjam-jam saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan
dia mencintai kita.
Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi
mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya
seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll. Kita tidak suka
dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua BUKANlah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.
Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita?
Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama?
Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita.
Mereka tidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka atau mereka takut air", mereka akan bilang bahwa
mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll.
It's a defense mechanism. Itulah cara mereka mempertahankan diri. Mereka tidak akan bilang: "Aku
tidak bisa menari" ...... tapi Mereka akan bilang "Menari itu tidak menarik."
"Aku membutuhkan kamu" >< "Tidak ada yang cocok
denganku."
"Aku kesepian" >< "Teman-temanku sudah lulus semua"
"Aku butuh diterima" >< "Aku ini buruk, siapa yang
bakal tahan denganku.."
"Aku ingin didengarkan" >< "Kisah hidupku
membosankan.."
Mereka semua hadiah buat kita, entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan. Hanya ketika kita bertemu jiwa-dengan-jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkanNya buat kita. Berikanlah makna di dalam kehidupan Anda bukan hanya untuk diri Anda sendiri saja melainkan juga untuk membahagiakan sesama manusia di dlm lingkungan kehidupan Anda. Berikanlah waktu Anda dgn digabung oleh rasa kasih!
Yesterday is history, tommorow is mistery, today is a gift! That's why it's called the present!
Seorang sahabat sama seperti satu permata yg tak ternilai harganya.
Seorang kawan bisa membuat kita ceria, membuat kita terhibur.
Mereka meminjamkan kupingnya kepada kita pada saat kita membutuhkannya.
Mereka bersedia membuka hati maupun perasaannya untuk berbagi suka dan duka dgn kita pada saat kita
membutuhkannya.
Maka dari itu janganlah buang waktu yg Anda miliki, janganlah sia2 akan waktu yg sedemikian berharganya.
Bagikanlah sebagian dari waktu yg Anda miliki untuk seorang kawan. Pasti waktu yg Anda berikan tsb akan
berbalik kembali seperti juga satu lingkaran walaupun terkadang kita tidak tahu dari mana dan dari siapa
datangnya.
The best and the most beautiful things in this world,
cannot be seen..nor touched, but are felt in the
bottom of our heart.
Berartinya Orang Tua Kita
Pagi ini, iseng2 buka email, eh ternyata semalam habis online, suamiku lupa sign out dari emailnya..
ada beberapa inbox yang agak membuatku penasaran. Judulnya "Jangan Geisah", tapi isinya membuatku jadi ingat ibu/bapak yang dirumah. Betapa hebatnya mereka... dan betapa jahatnya aku.
Kisah Pohon Apel
Zaman dahulu, ada sebatang pohon apel yang amat besar.
Seorang anak lelaki sangat senang bermain-main disekitar pohon apel ini
setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puasnya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Waktu berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja.
Dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di
sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi senang bermain dengan engkau," jawab remaja itu."Aku menginginkan permainan. Aku perlu uang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setelah itu. Pohon apel itu merasa sedih. Waktu berlalu ... Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin
dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-main di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah
sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Maukah kau menolongku?". Tanya anak itu.
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya." Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan
pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu.
Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku,"
ajak pohon apel itu."Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. Tetapi aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku?" tanya lelaki itu.
Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untukdijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengangembira," kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa
amat gembira dan menebang batangpohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengangembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namunbegitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakindimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu."
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau jadikan rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul
dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu.
Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tidak bergigi untuk memakannya,
aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak
mau batang pohonmu karena aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu.
Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat.
Mereka berdua menangis kegembiraan.
Alkisah, sebenarnya pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan
mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan.
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi
fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak
mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita.
ada beberapa inbox yang agak membuatku penasaran. Judulnya "Jangan Geisah", tapi isinya membuatku jadi ingat ibu/bapak yang dirumah. Betapa hebatnya mereka... dan betapa jahatnya aku.
Kisah Pohon Apel
Zaman dahulu, ada sebatang pohon apel yang amat besar.
Seorang anak lelaki sangat senang bermain-main disekitar pohon apel ini
setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puasnya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Waktu berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja.
Dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di
sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi senang bermain dengan engkau," jawab remaja itu."Aku menginginkan permainan. Aku perlu uang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setelah itu. Pohon apel itu merasa sedih. Waktu berlalu ... Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin
dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-main di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah
sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Maukah kau menolongku?". Tanya anak itu.
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya." Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan
pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu.
Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku,"
ajak pohon apel itu."Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. Tetapi aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku?" tanya lelaki itu.
Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untukdijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengangembira," kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa
amat gembira dan menebang batangpohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengangembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namunbegitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakindimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu."
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau jadikan rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul
dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu.
Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tidak bergigi untuk memakannya,
aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak
mau batang pohonmu karena aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu.
Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat.
Mereka berdua menangis kegembiraan.
Alkisah, sebenarnya pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan
mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan.
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi
fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak
mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita.
Senin, 12 September 2011
Kecantikan Wanita
Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan.
Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan pada mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintala anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian.
Kecantikan wanita bukan terlatak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada bentuk tubuh, atau cara dia menyisir ambutnya.
Kecantikan wanita terletak pada mata, cara ia memandang dunia. Karena dimatanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, dimana cinta dapat berkembang.
Kecantikan wanita bukan pada kehalusan wajah. Tetapi pada kecantikan yang murni terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih sayang memberikan perhatian dan cinta.
Dengan demikian kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.
Sabtu, 10 September 2011
Pesan indah yang pernah aku baca...
Jalani harimu sebaik mungkin,
Dapatkan yang terbaik dari tiap jam, tiap hari, dan tiap unsur hidupmu.
Lalu kamu bisa menatap kedepan dengan penuh percaya diri dan menoleh ke belakang tanpa rasa sesal.
Jadilah dirimu sendiri, namun dirimu yang terbaik.
Beranilah tampil beda, dan ikuti kata hatimu sendiri.
Jangan takut merasa bahagia, Nikmati segala keindahan.
Cintailah jiwa dan ragamu, dan yakinlah orang-orang yang kamu cintai juga mencintaimu.
Lupakan kebaikan yang pernah kamu lakukan pada teman-temanmu, dan ingat selalu kebaikan mereka.
Bila dihadapkan pada suatu keputusan, buatlah sebijaksana mungkin.
Diatas segalanya, ingatlah bahwa Tuhan menurunkan pertolongan kepada mereka yang mau membantu diri sendiri.
Berbuatlah seakan-akan semua bergantung padamu dan berdoalah seakan-akan semua bergantung pada-Nya.
Langganan:
Postingan (Atom)